Selama ini kita mengenal ada 12 bulan dalam satu tahun, namun mungkin beberapa dari kalian belum mengetahui asal usul nama-nama dalam bulan tersebut. Nah kali ini Gudang Ilmu ingin memberikan sedikit pengetahuan tentang asal usul sejarah penggunaan nama-nama bulan tersebut.
Dahulu kala, sebelum kerajaan Roma berdiri, yaitu di zaman Romawi Kuno saat itu dalam setahun hanya terhitung 10 bulan dengan total 304 hari, dimana bulan Maret (March / Mars) sebagai bulan yang pertama dan Desember (December / Deci) sebagai yang terakhir. Kala itu musim dingin yang terjadi pada (Januari - Februari, yang kita kenal saat ini) merupakan masa pasif, dimana pada masa tersebut tidak diperhitungkan dalam kalender. Hal ini berlaku saat dipimpin oleh Raja Romulus.
Adapun nama-nama tersebut terdiri dari :
- Martius (Maret)
- Aparailis (April)
- Maius (Mei)
- Junius (Juni)
- Quintilis (Juli)
- Sextilis (Agustus)
- September (September)
- October (Oktober)
- November (November)
- December (December)
Pemberian nama-nama bulan ini terkait dari Dewa bangsa Romawi, sebagai contoh Maret yang dikenal Martius adalah Dewa Mars, Mei merupakan nama Dewi Maia dan Junius dari Dewi Juno.
PATUNG MARS
Martius / Mars menurut legenda Yunani adalah Dewa Perang, putra dari Yuno dan Yupiter, juga merupakan kekasih dari Venus, dia merupakan dewa militer utama yang disembah oleh seluruh legiun Prajurit Romawi, mereka menganggapnya dewa terpenting kedua setelah ayahnya Yupiter. Awal mulanya Mars merupakan dewa pertanian, pelindung ternak dan ladang. Karena awalnya rakyat Roma merupakan para petani. Namun ketika kekuatan Roma semakin kuat, maka Mars difungsikan dan disembah sebagai dewa pertempuran, banyak yang mengaitkan dirinya dengan Ares, putra Zeus dan Hera. Mars diabadikan sebagai pelindung kota Roma dan merupakan leluhur bangsa Romawi.
Sementara itu Maius yang diambil dari Dewi Maia, dalam mitologi bangsa Yunani merupakan anak tertua dan tercantik di antara pada Pleiad, yaitu ketujuh putri Alas dan Pleione. Terlahir di Gunung Killene daerah Arkadia. Selain itu Dewi Maia merupakan ibunda dari Dewa Hermes (Dewa Pembawa Pesan) hasil dari hubungannya dengan Zeus.
Junius diambil dari nama Dewi Juno menurut mitologi Romawi atau dikenal sebagai Dewi Hera dalam mitologi Yunani yakni merupakan istri dari Dewa Zeus. Juno / Hera dikenal sebagai ratu langit.
3 nama bulan yang telah dibahas adalah nama para dewa dan dewi, bagaimanakah dengan yang lainnya ?
Nah, sekarang mari kita bahas April / Aparailis, asal mulanya berasal dari kata Aperiri, yang berarti cuaca yang nyaman di musim semi.
Sisanya merupakan sebutan angka yang mana saat itu untuk Quintrilis / Juli merupakan bulan kelima sehingga berasa dari nama Quinque / Lima dalam angka Romawi / Latin. Sextilis / Agustus dari kata sex yang berarti enam dalam angka Romawi. September / Septem artinya tujuh, October / Octo merupakan delapan, November / Nova berarti sembilan dan December / Decem artinya sepuluh.
Hal ini dikarenakan saat itu, Januari dan Februari tidak termasuk dalam daftar Kalender, sehingga urutan tersebut berkurang dua, karena yang kita ketahui saat ini Juli merupakan bulan ketujuh, bukanlah lima dan seterusnya hingga Desember. Karena itu pada era tersebut, permulaan bulan di mulai dari Maret, karena berkaitan dengan musim dan pengaruh tatanan hidup masyarakat Eropa. Karena pada 21 Maret yang mana merupakan permulaan musim semi, maka tanggal tersebut dirayakan sebagai Perayaan Tahun Baru.
Di era Raja Roma ke-dua Numa Pompillus sekitar 717 BC, nama bulan dikembangkan menjadi 12 bulan, yang mana ditambahkan Januarius dan Februarius.
Januarius diambil dari mitologi Romawi, yakni Dewa Janus, seorang dewa berwajah dua yang mampu melihat masa lalu dan masa depan, sehingga Januarius ditetapkan sebagai bulan yang pertama.
PATUNG DEWA JANUS DI MUSEUM VATICAN
Februarius sendiri berasa dari upacara Februa, yaitu upacara semacam bersih desa atau ruwatan menyambut datangnya musim semi. Sehingga ditetapkan sebagai bulan kedua, tepat sebelum kedatangan musim semi yang jatuh di bulan Maret.
Dikarenakan penambahan 2 nama ini, maka Quintrillis hingga December menjadi anomali, karena posisi kedudukan urutan menjadi berubah bertambah dua.
Kala itu, belum digunakan sistem matahari murni, sehingga masih banyak yang meleset terlalu jauh. Hal ini perlahan berubah, yang mana saat dikuasai oleh Julius Caesar era 50 BC - 44 BC, meleset hingga 3 bulan dari patokan yang seharusnya. Pada tahun 47 SM, saat Caesar mengunjungi Mesir, ia dianjurkan untuk perpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari di Februari dan 67 hari antara November dan Desember. Hal ini merupakan penyesuaian tahun pertama dalam sejarah. Dengan adanya kekacauan selama 90 hari itu, maka perjalanan tahun kembali cocok dengan musim. Hal ini membuat Caesar mengeluarkan pengumuman penting dan memiliki pengaruh hingga saat ini, yaitu sistem matahari dalam penanggalan seperti yang dipelajari olehnya di Mesir.
JULIUS CAESAR
Pengumuman tersebut adalah :
Ditetapkannya setahun menjadi 365 hari, karena bumi mengeliling matahari selama 365,25 hari. Namun kala itu masih terdapat kelebihan 0,25 hari yaitu 6 jam per tahunnya.
Yang mana kemudian, 6 jam tersebut di kalkulasikan selama 4 tahun, yang mana setiap 4 tahun sekali usia tahun menjadi 366 hari yang mana kita kenal saat ini sebagai tahun kabisat. Hal ini ditambahkan di bulan Februari, yang mana kala itu berusia 29 hari, sehingga di tahun kabisat Februari genap menjadi 30 hari.
Untuk mengabadikan Julius Caesar yang menyempurnakan penanggalan maka bulan Juli yang awalnya Quintrillis diubah menjadi Julio / Juli yang kita kenal saat ini.
Kemudian Raja Augustus yang memerintah setelah Julius Caesar, melakukan perubahan pada Sextilis saat itu menjadi Augustus / Agustus yang kita kenal saat ini, perubahan tersebut diikuti dengan penambahan 1 hari, yang mana saat itu Agustus berusia 30 hari, perubahan itu juga mempengaruhi Februari, sehingga Februari menjadi 28 hari dan pada saat kabisat menjadi 29 hari, yaitu penanggalan yang digunakan hingga hari ini.
Namun setelah diteliti lebih jauh oleh para ahli, penetapan kalender tersebut masih ada yang meleset, karena revolusi bumi tepatnya adalah 365 hari, 5 jam, 56 menit. Karena hal tersebut makan pimpinan Gereja Katolik Roma yang saat itu dijabat oleh Paus Gregorius XIII menetapkan dan mengoreksi di tahun 1582 yaitu :
Angka tahun pergantian Abad (dikenal sebagai tahun yang diakhiri 2 nol) dan tidak habis dibagi 400 bukan lagi sebagai tahun kabisat yaitu tahun 1700, 1800 dsb, namun di tahun 2000 yang mana habis dibagi 400 merupakan tahun kabisat.
Untuk mengatasi pergeseran yang terjadi karena meleset 4 menit pertahun, maka diputuskan tahun 1582 dikurangi 10 hari di bulan Oktober, yang mana saat itu, setelah tanggal 4 Oktober maka dilanjutkan dengan 14 Oktober.
Yang terakhir Paus Gregorius XIII menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru, yang mana perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus tergusur, yang mana kala itu tahun baru jatuh 25 Maret mengingat Yesus lahir di tanggal 25. Namun hal ini pula yang membuat rancu perayaan Natal, karena pada ayat-ayat di Bibel disampaikan bahwa kelahiran Yesus jatuh di musim semi (Maret) bukan musim dingin (Desember).
PAUS GREGORIUS XIII
Setelah kita mengenal asal usul nama bulan, maka kini kita lanjutkan mengenal asal nama-nama hari. Kala itu pengaruh terkuat dipegang oleh Romawi, maka dikarenakan beberapa nama bulan merupakan nama dewa / dewi, maka nama-nama hari khususnya yang berbahasa Inggris / Internasional, juga diambil dari nama dewa yaitu :
- Sunday / Sun's Day, merupakan Dewa Matahari (Sun)
- Monday / Moon's Day, yaitu Dewi Bulan (Moon)
- Tuesday / Tiw's Day adalah Dewa Tiw / Teves
- Wednesday / Woden's Day diambil dari Dewa Odin (Dewa Kayu / Tumbuhan)
- Thursday / Thor's Day yaitu Dewa Thor (Dewa Petir)
- Friday / Friy's Day sang Dewa Frigid
- Saturday / Saturn's Day sebagai Dewa Saturnus
Dimana kala itu, Romawi dan Yunani meyakini bahwa langit berlapis tujuh dan benda di langit tersebut merupakan para dewa, pengaruh para dewa tersebut bergantian dari jam ke jam, karena itu pada zaman tersebut Sabtu / Saturday merupakan hari pertama, karena merupakan jam 00:00 urutan pertama, pada faktanya jika kita lihat ke belakang pada tahun 1 Masehi, yaitu 1 Januari tahun 1 maka jatuh pada hari Sabtu, dimana 24 jam berikutnya jatuh pada Matahari / Sunday / Minggu, dan seterusnya hingga kembali ke Sabtu.
Demikian sejarah dari nama bulan dan hari, yang mana masih tetap digunakan nama tersebut dalam penanggalan internasional.